Abu Bakar As-Shiddiq Sang Pembenar
A. Riwayat dan Silsilah Abu Bakar
As-Shiddiq
Abu Bakar As-Shiddiq adalah sahabat
Nabi Muhammad saw. yang berperan besar dalam pengembangan Islam. Nama
lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Taim
bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib al Quraisy at-Tamimi. Garis
keturunannya bertemu dengan Rasulullah pada kakeknya yang bernama Murrah. Ia
biasa dipanggil Abu Ka’bah. Setelah masuk Islam, Rasulullah mengganti namanya
menjadi Abdullah. Nama Abu Bakar diberikan Rasulullah karena putrinya bernama Aisyah
dinikahi oleh beliau.
Abu Bakar seorang keturunan bani
Taim atau bani Tamim. Suatu golongan rakyat biasa. Namun demikian, Abu Bakar
tampil sebagai sosok yang berpengaruh dalam perjuangan Rasulullah saw. Abu Bakar as-Shiddiq lahir pada
tahun 573 M. Ia memiliki dua julukan yaitu Atiq dan As-shiddiq.
Atiq berarti tampan atau suci. Gelar itu diberikan karena paras mukanya yang
menawan dan jiwanya yang suci karena tidak pernah menyembah berhala selama masa
Jahiliah. Gelar As-shiddiq diberikan kepada Abu Bakar karena ia selalu
mempercayai setiap ucapan yang disampaikan oleh Rasulullah saw.
Abu Bakar As-Shiddiq termasuk
sahabat yang memeluk Islam pertama. Abu Bakar berkata ”Saya bersaksi bahwa
engkau adalah seorang yang benar dan terpercaya. Saya bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah”. Sewaktu Rasulullah menyampaikan
berita mengenai Isra’ dan Mikraj, Abu Bakar langsung mempercayainya. Meskipun
kaum Quraisy tidak percaya, bahkan menertawakan beliau dan menuduhnya mengarang
cerita yang bukan-bukan. Abu Bakar selalu mengatakan, “jika Rasulullah yang
mengatakan maka ucapan itu pasti benar”.
Abu Bakar senantiasa taat dan setia
kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah meminta untuk menemani hijrah ke Madinah,
maka ia menaatinya, meskipun akan menghadapi berbagai kesulitan dan ancaman. Ketika
Rasulullah saw. menunjuknya sebagai imam salat ia pun mematuhinya. Abu Bakar berhasil menenangkan kaum
muslimin ketika Rasulullah wafat. Dengan tenang dan bijak ia mengatakan bahwa
nabi Muhammad saw. hanya manusia biasa yang
pasti mati, akan tetapi kematiannya tidak berarti kematian
ajaran-ajarannya. Islam tetap hidup, bahkan harus dipertahankan selama nyawa
masih melekat di badan.
Melalui dakwahnya banyak kaum
Quraisy yang memeluk Islam seperti Usman bin Affan, Zubair bin Qwwam,
Abdurrahman bin Auf, Saad bin Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun dari kelompok orang biasa,
Abu Bakar dapat berhasil menjadi orang yang sukses. Menjadi khalifah pemimpin
agama dan pemimpin negara yang, jujur, bijak dan adil.
B. Kepribadian Abu Bakar As-Shiddiq
Abu bakar
sudah lama bersahabat dengan Rasulullah saw.. Kepribadiannya sangat mulia. Sejak
anak-anak ia terkenal berkemauan keras. Ia terkenal sangat tegas, jujur, sangat
bijaksana dan berhati-hati. Ia seorang yang sederhana, tidak suka
berfoya-foya dan hidup mewah , tidak pernah mabuk, tidak menyembah berhala, dan
tidak menyakiti orang lain.
Setelah dewasa
Abu Bakar bekerja sebagai pedagang. Ia termasuk pedagang yang rajin dan sangat
jujur. Kejujuran dan ketulusannya membuatnya menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki wawasan dan
pengetahuan yang sangat luas, karena banyak bergaul dengan orang-orang di luar sukunya. Oleh karena itu ia sangat mudah
menerima ajaran agama Islam.
Setelah masuk Islam, kekayaannya
banyak digunakan untuk membiayai dakwah nabi saw. Ia suka menolong dan sangat
peduli terhadap para sahabat. Karena kepribadiannya, banyak orang yang
menyukainya dan berteman baik dengannya.
C. Perjuangan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dalam Berdakwah
Setelah
dipercaya oleh kaum muslimin sebagai khalifah, Abu Bakar segera memulai
pekerjaanya. Ia menjadi Khalifah selama 2 tahun lebih 3 bulan. Meskipun tidak
lama memimpin, namun ia sangat berjasa dalam mempertahankan persatuan umat
Islam dari ancaman perpecahan. Selama menjadi khalifah, Abu Bakar melakukan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Menyadarkan Kaum Murtad dan Nabi Palsu
Bagaimana Abu Bakar As-Shiddiq menyadarkan
kaum murtad dan nabi palsu?
Setelah nabi saw. wafat, banyak suku yang memberontak . Mereka tidak
lagi tunduk dan taat kepada Khalifah yang menggantikan Rasulullah. Banyak orang
yang menyatakan keluar dari Islam (murtad).
Golongan yang murtad ini berasal dari bani Asad, bani Ghatafan, daerah Bahrain,
Amman, Najir, dan Yamamah. Mereka meninggalkan salat, tidak membayar zakat, dan
tidak menunaikan ibadah haji. Selain itu, banyak yang mengaku-ngaku sebagi nabi
palsu seperti Aswad Al-Insan, Tulaihah bin Khuwailid, Sajahah al-Tamimiah, dan
Musailamah al-Kazzab.
Untuk menyadarkan kaum murtad
dan para nabi palsu , Khalifah Abu Bakar menyusun sebelas pasukan yang
dipimpin oleh seorang panglima perang. Mereka adalah:
a.
Khalid bin Walid mengahadapi nabi palsu
Tulaihah bin Khuwailid dan pemberontak
Malik bin Nuwairah.
b.
Ikrimah bin Abu Jahal mengahadapi Musailamah
al-Kazzab di Yamamah.
c.
Syurahbil sebagai panglima pasukan cadangan.
d.
Muhajir
bin Umayyah menghadapi nabi palsu Aswad al-Insan di Yaman.
e.
Huzaifah bin Muhsin Al-Galfani dikirim ke Daba
dan Oman.
f.
Arfajah bin Hartsamah ditugakan memerangi
pembangkang di negeri Murah.
g.
Suwaid bin Muqarin mengamankan daerah Tihamah.
h.
Al-Ula bin Hadhrami mengamankan daerah
Bahrain.
i.
Amru bin Ash diutus mengahadapi suku Khuza’ah
dan Wadi’ah.
j.
Khalid bin Said menghadapi pemberontak Irak dan
Suriah.
k.
Thuraifah bin Hajiz menghadapi kaum murtad
dari suku Hawazin dan Tsaqif di Thaif.
Abu Bakar berpesan kepada setiap panglima pasukan agar mengajak
kaum murtad untuk kembali kepada agama Allah dan patuh kepada khalifah. Jika mereka
menerima ajakan ini, maka mereka tidak akan diperangi. Tetapi, apabila
membangkang mereka akan berhadapan dengan pasukan Islam sampai mereka kembali kepada
agama Allah dan tunduk kepada khalifah. Betapa mulianya Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Disiplin dan
tanggung jawab dalam menegakkan ajaran agama. Santun dan peduli dalam memimpin
negeri.
2. Menyadarkan Orang yang Tidak Membayar Zakat
Mengapa Khalifah Abu Bakar
menyadarkan orang yang tidak membayar zakat?
Mengeluarkan zakat adalah kewajiban
agama. Harta zakat yang terkumpul harus diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya. Setelah Rasulullah wafat, banyak orang yang enggan membayar zakat. Abu Bakar merasa
khawatir jika satu kewajiban agama mulai ditinggalkan, maka tidak mustahil
kewajiban agama lainnya akan
ditinggalkan juga. Seperti salat dan puasa. Untuk itu harus segera diatasi.
Bagaimana kebijakan Abu Bakar dalam
mengelola zakat?
Khalifah Abu Bakar berlaku sangat
adil dalam melakukan penarikan dan pemberian harta zakat. Ia tidak membedakan
latar belakang dan status seseorang. Pada waktu beliau menerima harta kekayaan yang berlimpah
dari negeri-negeri yang berhasil ditaklukkan oleh kaum muslimin, beliau
memberikan harta tersebut dengan pembagian yang sama. Dengan bijak beliau
pernah menolak usulan Umar bin Khattab
agar kaum muslimin yang terdahulu diberi keistimewaan dari pada para mualaf. Dengan
santun ia berkata ”Aku sadar sepenuhnya tentang kehebatan dan keunggulan
orang-orang yang engkau sebutkan tetapi hal itu akan dibalas oleh Allah swt..
Tetapi ini adalah masalah penghidupan, di mana persamaan lebih baik dari pada
pengistimewaan”.
Apa tujuan Khalifah Abu Bakar dalam
mengelola zakat?
Abu Bakar ingin menciptakan
kesejahteraan di antara masyarakat. Dia tidak menghendakai adanya jurang
pemisah yang dalam antara golongan yang kaya dan yang miskin. Prinsip ini tidak
berarti melarang seseorang untuk memiliki harta kekayaan. Beliau ingin
menjadikan kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, sebagaimana
yang diajarkan oleh Rasulullah saw..
3.
Memperluas Wilayah Kekuasaan Islam
Setelah berhasil mengatasi
pemberontakan kaum murtad dan para nabi palsu, khalifah Abu Bakar mulai
mempersiapkan pasukannya untuk memeperluas wilayah kekuasaan Islam. Tujuannya
untuk menyiarkan Islam keluar Jazirah Arab dan melindungi kaum muslimin dari
kekuatan yang dapat mengancam keamanan mereka.
Ada dua kerajaan besar di luar
Islam yang dimungkinkan akan mengganggu kaum muslimin, yaitu Persia dan Romawi
Timur. Untuk itu, Khalifah Abu Bakar berniat untuk menundukkan salah satu dari dua
kerajaan tersebut. Sebelumnya, Abu Bakar telah
mengirim pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid ke Syiria. Pasukan Usamah
dapat menundukan Syiria hanya dalam waktu 40 hari. Kemudian Abu Bakar menyiapkan
pasukan untuk menundukan daerah Persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H/633 M, di
bawah panglima perang muda bernama Musanna bin Harisah al-Syaibani dan Khalid
bin Walid pasukan muslim berhasil
merebut kota Ubbulla di pantai teluk Persia dan menewaskan panglima Hormuz.
Khalifah Abu Bakar juga membentuk
pasukan baru di bawah panglima Iyad bin
Ganam. Pasukan ini berhasil menguasai daerah Dzumatul Jandal dekat Suriah,
kerajaan Hirah di wilayah Irak, dan daerah-daerah lain di sekitar wilayah itu. Khalifah Abu Bakar juga berusaha menundukkan
kekuasaan kekaisaran Romawi Timur di Suriah dan Palestina. Di bawah komando
panglima perang seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash, Syurahbil bin
Hasanah, Yazid bin Abu Sufyan pasukan muslim berhasil menundukkan Suriah dan
Palestina.
Kaisar Romawi yang bernama Heraklius
berusaha menghadapi gerakan pasukan Islam. Pada bulan Jumaidil akhir tahun 13
H/Agustus 634 M terjadi perang antara pasukan Islam dengan pasukan Romawi. Pasukan
Romawi berjumlah 240.000 prajurit. Sedangkan, pasukan Islam hanya berjumlah
40.000 tentara. Perang ini disebut perang Yarmuk
karena terjadi di daearh Yarmuk. Saat
perang berkobar , datang berita wafatnya
khalifah Abu Bakar. Kekhalifahan dilanjutkan Umar bin Khattab yang terpilih
sebagai Amirul Mukminin.
4. Mengumpulkan Mushaf Al-Qur’an
Mengapa dilakukan pengumpulan al-Qur’an?
Akibat perang banyak korban
jiwa berguguran. Banyak di antara mereka para penghafal al-Qur’an. Hal itu
tentu dapat membahayakan keberadaan al-Qur’an.
Al-Qur’an menjadi mungkin tidak dikenal oleh umatnya.
Dalam keadaan seperti itu Umar bin Khatab mengusulkan kepada Khalifah
Abu Bakar untuk mengumulkan al-Qur’an. Pada mulanya Khalifah Abu Bakar menolak
usulan Umar sebab pengumpulan al-Qur’an belum pernah dilakukan pada masa hidup
Rasulullah saw.. Umar terus mendesak Khalifah Abu Bakar agar segera melakukan
pengumpulan al-Qur’an. Akhirnya, Khalifah Abu Bakar menyetujui usulan tersebut.
Bagaimana
pengumpulan Al-Qur’an dilakukan?
Abu Bakar kemudian menunjuk Zaid bin Tsabit sebagia panitia
pengumpulan al-Qur’an. Karena Zaid bin Tsabit adalah seorang pemuda yang telah
ditunjuk oleh nabi Muhammad saw. sebagai salah seorang pencatat wahyu. Selain
itu Zaid juga telah menghafal al-Qur’an dengan baik. Zaid kemudian mengumpulkan tulisan baik yang tertulis pada kertas ,
kulit atau tulang binatang, pelepah kurma, tanah keras, maupun dari hafalan
para sahabat. Untuk membuktikan bahwa apa yang dikumpulkannya adalah
benar-benar wahyu, ia memperkuat dengan kesaksian dua orang muslim.
Akhirnya, Zaid bin Tsabit mampu menulis ulang al-Qur’an dalam
lembaran-lembaran kertas secara utuh (mushaf). Dia kemudian meyerahkan
mushaf Al-Qur’an yang telah dibukukan
itu kepada khalifah Abu Bakar dan menyimpannya di rumah Khalifah hingga beliau
meninggal dunia. Demikian semangat Abu Bakar As-Shiddiq dalam membela dan
memperjuangkan kebenaran agama Allah dan kemajuan umat.
Makasih yaaa
BalasHapusTerima kasih ilmunya
BalasHapus