Selasa, 20 Januari 2015

Contoh Laporan Perjalanan Bali


LAPORAN PERJALANAN
FENOMENA UNIK DESA ADAT PANGLIPURAN
PRASPA MAN KOTA KEDIRI 3
PERIODE 2013/2014



logo man 3 buaru.jpg
 














Disusun Oleh :
Roffa Nurur Rosya XI-IPA3 (33)




MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA KEDIRI 3
Jalan Letjend Soeprapto No. 58 Telp. (0354) 687876 Kota Kediri




HALAMAN PENGESAHAN
            Karya tulis yang berjudul ini telah disetujui dan disahkan pada Januari 2014 untuk memenuhi tugas semester genap pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kediri, 8 Januari 2014

Ketua Panitia,





Nurlaily Sa’adah, S.Pd.
NIP. 197201142005012003

Pembimbing,





Ummi Asmawati, S.Pd
NIP. 197304012007012022




KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan Karya Tulis ini yang berjudul “Fenomena Unik Desa Adat Panglipuran” sebagai syarat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Sja’roni, M.Pd.I selaku Kepala MAN Kota Kediri 3 yang telah mendukung dan merestui Karya Tulis yang sederhana ini,
2.      Ibu Ummi Asmawati, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia MAN Kota Kediri 3,
3.      Orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan material dalam pembuatan Karya Tulis ini,
4.      Teman-teman XI-IPA 3 dan pihak lain yang turut mendukung dan member motivasi.
 Dalam penyusunan Karya Tulis ini, saya mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk penyusunan Karya Tulis ini, tetapi itu semua saya jadikan sebagai tantangan untuk dapat bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas ini. Saya berharap semoga karya tulis ini dapat berguna bagi para pembaca untuk lebih mengenal dan menambah pengetahuan tentang pulau Bali terutama Desa Adat Panglipuran yang merupakan salah satu objek wisata di Bali. Saya menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
            Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan Karya Tulis ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

Kediri, 29 Desember 2013



Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................          i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................          ii
KATA PENGANTAR................................................................................          iii
DAFTAR ISI...............................................................................................          iv
BAB I                         PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang............................................................          1
B.           Rumusan Masalah.......................................................          1
C.           Tujuan Penulisan.........................................................          1
D.           Manfaat Penulisan.......................................................          2
BAB II                        KAJIAN PUSTAKA
A.          Asal-usul Desa Adat Panglipuran...............................          3
B.           Lokasi Desa Adat Panglipuran...................................          3
C.           Beberapa Keunikan Desa Adat Panglipuran...............          3
BAB III          PEMBAHASAN
A.          Asal-usul Desa Adat Panglipuran...............................          6
B.           Lokasi Desa Adat Panglipuran...................................
C.           Tatanan Bangunan Desa Adat Panglipuran................          6
D.          Suasana Desa Adat Panglipuran.................................          6
E.           Beberapa Keunikan Desa Adat Panglipuran...............          7
BAB IV          PENUTUP
A.           Kesimpulan.................................................................          9
B.           Saran...........................................................................          9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia pariwisata di negara kita, terutama peninggalan-peninggalan sejarah yang tersebar rata di Indonesia menjadi salah satu alasan diadakannya PRASPA (Praktik Studi Pariwisata). PRASPA merupakan suatu kegiatan rutin tahunan yang diadakan oleh sekolahan. Saya mengambil objek-objek PRASPA di Pulau Bali karena disana banyak terdapat tempat-tempat wisata yang tersohor atau terkenal di dunia.
            Siapa yang tidak kenal dengan Bali, pulau eksotis yang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan keunikan seni budaya yang khas, sehingga tak heran jika Pulau Bali menjadi tujuan wisata bagi banyak orang dari penjuru dunia. Mungkin selama ini objek pariwisata di Pulau Bali yang terkenal identik dengan wisata pantai dan laut. Namun ternyata, ada satu daerah di Bali yang menjadi objek wisata karena daerah tersebut erat dengan nilai-nilai tradisional dan kesehatan, yaitu Desa Adat Panglipuran. Banyak hal yang bisa kita pelajari disana.
B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asal-usul Desa Adat Panglipuran?
2.      Dimana lokasi Desa Adat Panglipuran?
3.      Bagaimana tatanan bangunan di Desa Adat Panglipuran?
4.      Bagaimana suasana Desa Adat Panglipuran?
5.      Dimanakah letak keunikan Desa Adat Panglipuran?
C.      Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus:
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI tahun ajaran 2013/2014.
Tujuan Umum:
1.      Untuk berlatih menyusun Karya Tulis yang baik dan benar.
2.      Mengenal kebudayaan nusantara.
3.      Menanamkan rasa cinta tanah air.
4.      Penulis ingin memperkenalkan profil obyek-obyek wisata yang ada di pulau Bali kepada pembaca.
5.      Sebagai wawasan tambahan informasi serta memperbanyak pengetahuan.
6.      Sebagai latihan untuk memperlancar sastra dan bahasa.
D.      Manfaat Penulisan
1.      Sebagai materi tambahan di luar sekolah.
2.      Melatih siswa agar dapat mengolah laporan widya wisata.
3.      Menambah pembendaharaan pustaka sekolah yang menunjang minat baca siswa agar pengetahuannya lebih luas.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Asal-usul Desa Adat Panglipuran
Desa Adat Panglipuran dibentuk pada jaman Bali Mula, masyarakat Desa Adat Panglipuran mengakui bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede Kintamani.
Kata Panglipuran ini berasal dari kata Lipur yang berarti menghibur hati, jadi penglipuran artinya tempat untuk menghibur hati sambil bekerja di ladang, lama-kelamaan menjadilah Panglipuran. Para pemuka adat setempat menuturkan bahwa nama Panglipuran mengandung  makna Pengeliling Pura, sebuah tempat suci untuk mengenang lelulur. Tanah yang sekarang ini disebut dengan Desa Adat Panglipuran merupakan hadiah dari raja Bangli karena penduduk desa berani bertempur melawan kerajaan Gianyar.
Desa Penglipuran yang telah didaulat menjadi desa adat sejak tahun 1992 ini merupakan kawasan perdesaan di Bali yang memiliki tatanan teratur baik secara fisik maupun struktur pemerintahan desa, serta tidak lepas dari nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat.
B.       Lokasi Desa Adat Panglipuran
Observasi objek wisata Desa Adat Panglipuran. Kamis, 19 Desember 2013.
Desa Adat Panglipuran berada di desa Kubu Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli berjarak 45 km dari kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi disekitar kaki Gunung Batur. Desa Adat Penglipuran terletak 500-600 m di atas permukaan laut dan termasuk dalam kategori wilayah sejuk dan memiliki cadangan air dalam jumlah cukup besar, serta memiliki batas-batas fisik wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Adat Kayang
Sebelah Timur : Desa Adat Kubu
Sebelah Selatan : Desa Adat Gunaksa
Sebelah Barat : Desa Adat Cekeng
C.      Beberapa Keunikan Desa Adat Panglipuran
1.      Perkawinan
Adat melarang Poligami di Desa Adat Panglipuran demi menjaga para wanita. Meskipun ada yang boleh melakukan poligami namun akan mendapat sanksi. Masyarakat  Panglipuran juga pantang untuk menikahi tetangga disebelah kanan dan sebelah kiri juga sebelah depan dari rumahnya. Karena tetangganya tersebut sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Sebagai contoh bapak I Wayan Supat selaku seorang kepala adat di Panglipuran dulu beliau dalam melamar istrinya justru dibantu oleh para tetangganya bukan oleh keluarganya sendiri. Bagi warga yang ingin menikah dengan orang di luar Panglipuran bisa saja. Dengan ketentuan bila mempelai laki-laki dari Panglipuran maka mempelai perempuan yang dari daerah lain harus masuk menjadi bagian dari adat Panglipuran. Begitu juga sebaliknya.
2.      Upacara Kematian
Seperti daerah lain yang ada di Bali, di Panglipuran masyarakatnya mengadakan upacara yang biasa disebut Ngaben. Dimana ngaben ini adalah suatu upacara kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang yang meninggal yang awalnya menurut kepercayaan orang Bali, arwah tersebut masih tersesat kemudian dikembalikan ke pura kediaman si arwah. Yang membedakan daerah ini hanyalah pada ritualnya saja. Dimana apabila orang Bali lain ngaben dilakukan dengan cara membakar mayat. Di Panglipuran mayat di kubur, karena daerah Panglipuran yang berada di daerah pegunungan yang jauh dari laut.
3.      Mata Pencaharian
Petani menjadi mata pencaharian di Desa Adat Panglipuran. Penduduk desa ini dilimpahi hujan yang lebat tiap tahunnya sehingga memudahkan penduduknya dalam bercocok tanam dan masalah irigasi. Selain itu masyarakat juga mengedepankan kerajinan tangan yang dijual kepada para wisatawan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.      Asal-usul Desa Adat Panglipuran
Desa Adat Panglipuran dibentuk pada jaman Bali Mula, masyarakat Desa Adat Panglipuran mengakui bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede Kintamani.
Kata Panglipuran ini berasal dari kata Lipur yang berarti menghibur hati, jadi penglipuran artinya tempat untuk menghibur hati sambil bekerja di ladang, lama-kelamaan menjadilah Panglipuran. Para pemuka adat setempat menuturkan bahwa nama Panglipuran mengandung  makna Pengeliling Pura, sebuah tempat suci untuk mengenang lelulur. Konon penduduk Desa Panglipuran pernah diminta bantuannya oleh Raja Bangli untuk bertempur melawan kerajaan Gianyar, karena keberaniannya, penduduk desa diberikan jasa oleh raja Bangli berupa tanah yang lokasinya sekarang disebut Desa Adat Panglipuran.
Desa Adat Penglipuran berkembang dari tradisi yang dibawa dari Kebudayaan Bali Aga (Bali Mula). Seiring dengan masuknya zaman Bali Aga perkembangan kebudayaan dengan membentuk benda-benda alam dalam susunan yang harmonis dalam fungsinya menjaga keseimbangan manusia dengan lingkungannya. Semakin berkembangnya zaman, maka kebudayaan Bali Aga dipengaruhi dengan perkembangan zaman Bali Arya dengan pembaharuan kebudayaan dibidang sosial dan ekonomi dengan menonjolkan bidang budaya arsitektur dengan pengkajian dan pemahaman bidang ilmu bangunan dan pemukiman seperti adanya Lontar-lontar Asta Bumi dan Asta Kosali sebagai pedoman teori pelaksanaan bidang arsitektur.
B.       Lokasi Desa Adat Panglipuran
Ditinjau dari aspek geografis, Desa Adat Panglipuran terdiri dari satu banjar adat dan termasuk dalam batas administratif pemerintahan wilayah desa Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km dari Kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi disekitar kaki Gunung Batur. Desa Adat Penglipuran memiliki luas wilayah 160,627 ha dengan rincian sebagai berikut:
a.       Pekarangan: 14,805 ha
b.      Tegalan: 49,47 ha
c.       Laba Pura: 15 ha
d.      Kuburan : 0,70 ha
e.       Hutan 75 ha
f.       Lain-lainnya 5,4 ha
Untuk menuju desa ini dapat dicapai melalui sisi timur Desa Bangli yakni Jalan Raya Bangli-Kintamani, maupun dari sisi utara desa, yakni Jalan Kintamani Kayuambua-Bangli. Desa Adat Penglipuran memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a.     Sebelah utara berbatasan dengan Desa Adat Kayang
b.      Sebelah timur berbatasan dengan Desa Adat Kubu
c.       Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Adat Gunaksa
d.      Sebelah barat berbatasan dengan Desa Adat Cekeng
Desa Adat Penglipuran terletak 500-600 m di atas permukaan laut, Suhu rata-rata 18°-32°C, dengan curah hujan rata-rata setiap tahunnya antara 2.000-2.500 mm per tahun, sehingga daerah ini termasuk dalam kategori wilayah sejuk dan meliliki cadangan air dalam jumlah cukup besar.
C.      Tatanan Bangunan Di Desa Adat Panglipuran
Keunggulan dari Desa Adat Panglipuran ini dibandingkan dengan desa- desa lainnya di Bali adalah bagian depan rumah serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya juga keseragaman bentuk dari bahan untuk membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan di seluruh desa.
Lokasi dari Desa Adat Penglipuran ini pada daerah dataran tinggi merupakan salah satu lingkup dari kaki Gunung Batur, Kabupaten Bangli, Bali. Hal tersebut menyebabkan keadaan topografi pada Desa Adat Panglipuran berkontur tidak rata dan mempunyai hierarki yang tertinggi yang dimanfaatkan sebagai pura, yaitu tempat bersembahyang dan pelaksanaan upacara adat di desa tersebut. Semakin kearah utara topografi tanah semakin tinggi hingga didapatkan suatu hierarki tertinggi pada Pura Panataran dan Pura Puseh yang digunakan untuk sembahyang umat Hindu di daerah tersebut dan upacara rutin tiap 6 bulan sekali. Semakin kearah selatan topografi tanah semakin rendah yang digunakan untuk kuburan umat hindu di daerah tersebut.
Umat Hindu percaya arah ke utara adalah arah mulia sehingga digunakan untuk tempat pura, apalagi didukung dengan ketinggian tanah yang mencapai tertinggi pada area tersebut, serta arah selatan digunakan sebagai kuburan orang desa tersebut, kuburan anak- anak serta kuburan alah pati dan ulah pati. Untuk vegetasi yang ada di wilayah Desa Adat Penglipuran termasuk desa yang subur dan mayoritas menghasilkan bambu, hal ini dapat dilihat dari penduduknya banyak menggunakan bambu sebagai bahan bangunan rumah mereka.
D.      Suasana Desa Adat Penglipuran
Desa Adat Panglipuran, di kabupaten Bangli dapat diketengahkan sebagai salah satu contoh. Lingkungan desanya yang lestari, tatanan kehidupan masyarakat yang rukun, perumahannya yang teratur asri, terutama perekonomiannya yang mantap dan hampir merata, telah banyak mengandung kekaguman. Dilihat dari bentuk bangunannya saja, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa keaslian Bali tetap terjaga. Di Desa Adat Panglipuran. penampilan fisik desa adat juga sangat khas dan indah. Jalan utama desa adat berupa jalan sempit yang lurus dan berundag-undag. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh desa adat penglipuran adalah adatnya yang unik serta tingginya frekuensi upacara adat dan keagamaan.
E.       Beberapa Keunikan Desa Adat Panglipuran
1.      Tata Ruang
Tata ruang desa Panglipuran dikenal dengan Tri Mandala yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
a.    Utama
Orang Panglipuran biasa menyebutnya sebagai Utama Mandala , yang bisa diartikan sebagai tempat suci. Ditempat inilah orang-orang Panglipuran melakukan kegiatan sembahyang kepada Sang Hyng Widi yang mereka percaya sebagai Tuhan mereka.
b.      Madya Mandala
Biasanya berupa pemukiman penduduk yang berbanjar sepanjang jalan utama desa. Barisan itu berjejer menghadap kearah barat dan timur. Saat ini jumlah rumah yang ada disana ada sebanyak 70 buah. Tata ruang sebelah utara atau timur adalah pura keluarga yang telah diaben. Sedangkan Madya Mandala adalah rumah keluarga. Di tiap rumah pun terdapat tata ruang yang telah diatur oleh adat. Tata ruang nya adalah sebelah utara dijadikan sebagai tempat tidur, tengah digunakan sebagai tempat keluarga sedangkan sebelah timur dijadikan sebagai tempat pembuangan atau MCK. Dan bagian nista dari pekarangan biasanya berupa jemuran, garasi dan tempat penyimpanan kayu.
c.       Nista Mandala 
Nista mandala ini adalah kuburan dari masyarakat penglipuran.
2.      Perkawinan
Di desa ini ada adat yang berlaku soal perkawinan yakni larangan poligami terhadap para penduduknya. Adat melarang hal tersebut demi menjaga para wanita. Meskipun ada yang boleh melakukan poligami namun akan mendapat sanksi, biasanya si poligami akan ditempatkan pada tempat yang bernama Nista Mandala, dan dilarang melakukan perjalanan dari selatan keutara karena wilayah utara merupakan wilayah yang paling suci. Masyarakat  Panglipuran juga pantang untuk menikahi tetangga disebelah kanan dan sebelah kiri juga sebelah depan dari rumahnya. Karena tetangganya tersebut sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Sebagai contoh bapak I Wayan Supat selaku seorang kepala adat di Panglipuran dulu beliau dalam melamar istrinya justru dibantu oleh para tetangganya bukan oleh keluarganya sendiri. Bagi warga yang ingin menikah dengan orang di luar Panglipuran bisa saja. Dengan ketentuan bila mempelai laki-laki dari Panglipuran maka mempelai perempuan yang dari daerah lain harus masuk menjadi bagian dari adat Panglipuran. Yang menarik adalah jika mempelai perempuan dari desa Panglipuran dan laki-lakinya dari adat yang lain, maka bisa saja laki-laki tersebut masuk ke dalam adat Panglipuran dan hidup di desa Panglipuran tetapi dengan konsekuensi laki-laki tersebut dianggap wanita oleh warga lainnya. Maksudnya tugas-tugas adat yang dialaksanakan adalah tugas untuk para wanita bukan tugas para lelaki.
3.      Upacara Kematian
Seperti daerah lain yang ada di Bali, di Panglipuran masyarakatnya mengadakan upacara yang biasa disebut Ngaben. Dimana ngaben ini adalah suatu upacara kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang yang meninggal yang awalnya menurut kepercayaan orang Bali, arwah tersebut masih tersesat kemudian dikembalikan ke pura kediaman si arwah. Yang membedakan daerah ini hanyalah pada ritualnya saja. Dimana apabila orang Bali lain ngaben dilakukan dengan cara membakar mayat, di Panglipuran mayat di kubur. Menurut analisa saya, hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Panglipuran sebagai tanda hormat dan juga sebagai cara untuk mengurangi kemungkinan buruk mengingat daerah Panglipuran yang berada di daerah pegunungan yang jauh dari laut, seperti yang kita tahu bahwa abu jenasah yang telah dibakar harus dilarung atau dibuang ke laut sedangkan bagi orang Bali menyimpan abu jenasah adalah suatu pantangan, jadi solusi terbaik adalah dimakamkan.
4.      Kesenian
Di Desa Panglipuran terdapat tari-tarian yaitu tari Baris. Tari Baris sebagai salah satu bentuk seni tradisional yang berakar kuat pada kehidupan masyarakatnya dan hidup secara mentradisi atau turun-temurun, dimana keberadaan Tari Baris Sakral di Desa Adat Panglipuran adalah merupakan tarian yang langka, dan berfungsi sebagai tari penyelenggara upacara dewa Yadnya. Adapun iringan gambelan yang mengiringi pada saat pementasan, semua jenis Tari Baris Sakral tersebut adalah seperangkat gambelan Gong Gede yang didukung oleh Sekaa Gong Gede Desa Adat Penglipuran. Unsur bentuk ini meliputi juga keanggotaan Sekaa Baris sakral ini di atur di dalam awig-awig Desa Adat Panglipuran. Kemudian nama-nama penari ketiga jenis Baris sakral ini juga telah ditetapkan, yakni Baris Jojor 12 orang, Baris Presi 12 orang, dan Baris Bedil 20 orang.
5.      Mata Pencaharian
Mata pencaharian para penduduk desa Panglipuran adalah sebagai petani. Dimana sawah menjadi tumpuan harapan mereka disamping kerajinan tangan yang mereka jual kepada para wisatawan yang berkunjung ke desa mereka. Penduduk desa ini dilimpahi hujan yang lebat tiap tahunnya sehingga memudahkan penduduknya dalam bercocok tanam dan masalah irigasi.
6.      Organisasi
Masyarakat Desa Panglipuran yang berumur tiga belas tahun diwajibkan untuk masuk organisasi yang dinamakan Sege Taruna. Dan mereka harus masuk organisasi ini sampai mereka menikah.




BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masyarakat Desa Adat Panglipuran masih sangat peduli terhadap tradisi dari leluhur mereka dengan masih tetap mempertahankan adat mereka, meskipun ditengah arus globalisasi seperti sekarang ini. Masyarakat desa Panglipuran bisa dibilang masyarakat terpencil karena letak desa ini cukup jauh dari daerah kota di pulau Bali, namun keunikan Desa Adat Penglipuran sendiri membuatnya terkenal oleh masyarakat, para wisatawan lokal maupun para wisatawan asing. Masyarakat desa Panglipuran masih sangat menjunjung tinggi adat maupun pola huniannya sehingga sampai saat ini adat dan pola hunian mereka masih tetap sama.
B.       Saran
1.    Bagi Sekolah
a.    Sekolah diharapkan mengadakan PRASPA setelah ulangan umum atau jauh-jauh hari sebelum ujian kenaikan kelas atau UAS, agar tidak membebani siswa dalam mengerjakan karya tulis.
b.    Sekolah diharapkan dapat menganjurkan kepada biro perjalanan agar menyusun jadwal perjalanan dengan cermat, agar peserta PRASPA dapat mengikuti kegiatan dengan teratur.
c.    Sekolah sebaiknya dapat memberi keringanan biaya bagi siswa-siswi yang kurang mampu atau kesulitan biaya untuk mengikuti PRASPA sehingga tidak ada siswa-siswi yang tidak bisa mengikuti PRASPA karena kendala biaya.
2.      Bagi Guru Pendamping
a.    Sebaiknya lebih mengawasi, menasehati, dan melarang siswa melakukan tindakan berbahaya sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti murid tertinggal.
b.    Diharapkan dapat menjadi orang tua dan teman bagi siswa-siswi selama PRASPA sehingga dapat lebih akrab.
c.    Sebaiknya lebih tegas menindak siswa-siswi yang tidak taat dan mencemarkan nama baik sekolah.
d.   Diharapkan lebih sigap menangani kejadian-kejadian diluar dugaan yang bersifat mengganggu program PRASPA.
3.      Bagi Siswa
a.    Siswa diharapkan tidak hanya memanfaatkan PRASPA sebagai sarana rekreasi, namun juga sebagai sarana belajar untuk menambah wawasan.
b.    Siswa diharapkan tertib dan disiplin agar perjalanan PRASPA berjalan lancar.
c.    Siswa diharapkan dapat menjaga sikap selama PRASPA, serta memperhatikan semua perintah atau peraturan dari biro tour, guru pembimbing dan tour guide demi keamanan pribadi.
d.   Siswa diharapkan dapat menjaga barang-barang berharga dan pribadi masing-masing, agar tidak membebani guru pembimbing.
e.    Siswa diharapkan ikut menjaga kebersihan dan kelestarian objek-objek wisata yang dikunjungi.
f.     Siswa dianjurkan tidak bepergian seorang diri di objek-objek wisata maupun pada waktu bebas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
g.    Selama PRASPA siswa diharapkan pandai-pandai menawar barang sebelum membeli, karena harga barang-barang di Bali relatif mahal. Harga barang yang dijual dipatok untuk wisatawan mancanegara.



DAFTAR PUSTAKA
Observasi langsung penulis mendatangi desa Penglipuran.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Azis, M. A. T, dkk. 2012. Perjalanan Study Tour Bali. Brebes. hlm. 13-14.
Bara, F. Y. 2010. Desa Adat Penglipuran Mempertahankan Pola Hunian Ditangah Ambisi Globalisasi. Yogyakarta. hlm. 9-10.


















LAMPIRAN
desa-penglipuran-e1349494080689
Arsitektur Desa Adat panglipuran
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5k4TLNfpapYJ57gHkNh4GzYKWLD6Y5ETT1D4glTl-2mJVdv2Gifx4j9OPy96L57RbMrB1OxcGHMPPhlontTh3wqV3qeiUbTPEsdPaYmMem9-F6o-hAur7bqbpW_atBrL7ba6Poru36lc/s200/DSC_0939.JPG
Bentuk Jalan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicACFkI78s_AoQAWOxPlZeugdu24sDYLEHgbzUWKnp-lfb-9c6OBMUl2su3kS7OrUVvuKOLEzPlyrkJo9kNwDBnb_rdfG0xnYHdpSQXDpgaej43AeaOjKcEo_VdwjKXLsO28S0HHgnQy4/s200/DSC_0844.JPG
Angkul-angkul


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VI Indahnya Beriman Kepada Qada dan Qadar

Indahnya Beriman Kepada Qada dan Qadar Allah SWT Setelah mengamati video di atas, yuk pelajari materi di bawah ini! A. Bersyu...